Safrida Rumondang – Pornografi merusak satu generasi. Itu bukan omong kosong. Sebuah penelitian pada 2011 menyimpulkan bahwa pornografi melahirkan generasi tanpa harapan, generasi tanpa prestasi dan tanpa daya saing. Para peneliti menemukan kaitan antara kerusakan otak dan paparan pornografi secara terus-menerus.
Generasi muda yang setiap hari menonton tayangan pornografi di televisi atau di ponselnya akan mengalami penyusutan otak. Penyusutan otak itu juga terjadi pada orang yang menderita demensia atau pikun. Penelitian lain menyebutkan seseorang yang menonton tayangan pornografi akan mengalami rasa senang. Namun, rasa senang itu tidak akan sama saat dia mengulangi perbuatan itu. Akibatnya, orang itu akan mengalami kecanduan, membutuhkan lebih banyak tayangan pornografi. Orang seperti itu mengalami kerusakan otak yang sama dengan pencandu narkoba.
Safrida Rumondang, calon anggota DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera, merupakan salah satu orang yang menolak pornografi. Bagaimana mungkin generasi muda mau berprestasi jika berpikir saja tidak bisa? Karena itu, bersama Masyarakat Tolak Pornografi (MTP), Safrida mendorong lahirnya Undang-Undang Pornografi. Undang-undang itu diharapkan bisa menjaga generasi muda bangsa ini dari bahaya pornografi.
Untuk menanggulangi masalah generasi muda di daerahnya, Safrida membentuk Komunitas Anak Cerdas Sumatra Utara. Diharapkan, dengan adanya komunitas tersebut, kualitas anak muda Sumatra Utara bisa meningkat. “Cerdas” yang dimaksud pada komunitas itu ialah cerdas berkarya berdasarkan rasa cinta pada tanah leluhur, cerdas bergerak untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk tanah Sumatra Utara, dan cerdas memilih agar Sumatra Utara menjadi lebih baik.
Kepeduliannya pada generasi muda, khususnya anak, diwujudkannya dengan sumbangsihnya pada Salimah, organisasi yang bergerak di bidang edukasi untuk anak, perempuan, dan keluarga Indonesia. Di Salimah, anggota diberikan pengetahuan tentang parenting, keterampilan kemandirian perempuan, dan banyak lagi.
Dunia Pendidikan
Berprofesi menjadi pengajar di perguruan tinggi sudah dijalaninya selama 20 tahun terakhir. Hampir seluruh kariernya dihabiskan di dunia pendidikan. Tampaknya faktor sang ibu yang juga guru memengaruhi pilihan hidupnya. Nurhayati Manurung, perempuan asal Pematangsiantar itu, merupakan seorang guru sekolah menengah atas.
Ayahnya, H Syarifuddin Tambunan, yang berasal dari Balige bukanlah seorang guru. Dia adalah pengacara. Namun, sebagai tokoh Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI), Syarifuddin juga berkecimpung di dunia dakwah dan pengajaran. Demikian juga sang kakek, Opung Sutan Natigor. Opung adalah penggiat dakwah dan penyebar agama Islam di Tanah Balige.
Menjadi pengajar di berbagai perguruan tinggi, pemerintah dan swasta, Safrida tidak melupakan keluarganya. Keempat anaknya merasakan pendidikan yang berkualitas dengan arahan sang ibu. Bahkan salah satu anaknya telah menjadi penghapal Al Quran 30 juz.
Menjadi anggota legislatif mewakili daerah asal leluhurnya bukanlah cita-citanya. Keprihatinannya akan kondisi wilayah di Sumatra Utara mendorongnya menjadi anggota legislatif untuk daerah pemilihan Sumatra Utara 3. Safrida juga ingin memaksimalkan potensi yang dimiliki Provinsi Sumatra Utara dan menjadi orang yang bermanfaat bagi kampung halamannya dan negara Indonesia secara umum.
Pendidikan generasi muda, perlindungan anak, dan aspirasi kaum perempuan untuk terbentuknya keluarga sejahtera menjadi keinginannya untuk dibahas saat dia terpilih menjadi legislator kelak. Begitu pun masalah korupsi yang sudah menggurita di daerahnya. Dengan akhlak mulia dan prinsip bernegara yang baik, Safrida yakin Sumatra Utara akan menjadi lebih baik.
“Dengan politik, kita dapat menyejahterakan jutaan manusia, menjaga moral jutaan jiwa, mendirikan ribuan sekolah, membangun jalan ribuan kilometer, dan menjaga martabat bangsa. Demikian juga sebaliknya, bisa menghancurkan segalanya. Tergantung siapa yang di sana,” demikian dikatakan Safrida Rumondang. Info detail tentang safrida rumondang klik www.SafridaRumondang.com