Pemanasan global adalah fenomena peningkatan suhu rata-rata bumi yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Wilayah Palu, yang merupakan pusat aktivitas ekonomi dan sosial di Sulawesi Tengah, menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim ini. Artikel ini menguraikan dampak pemanasan global di Palu, meliputi aspek lingkungan, sosial, ekonomi, serta tantangan dan rekomendasi adaptasi.
Berikut data perubahan cuaca dan suhu rata-rata di Palu dalam lima tahun terakhir untuk memperkuat analisis:
– Suhu rata-rata tahunan Kota Palu meningkat dari sekitar 23,6°C pada tahun 2020 menjadi 24,1°C pada tahun 2025, mengalami kenaikan sebesar 0,5°C dalam lima tahun terakhir.
– Pada bulan Februari 2025, anomali suhu di Palu mencapai 0,8°C di atas rata-rata periode 1991-2020 yang sebesar 27,15°C, menjadi sekitar 27,95°C.
– Data BMKG mencatat suhu maksimum harian di Palu mencapai 33,7°C pada Oktober 2023, tercatat sebagai suhu terpanas selama lima tahun terakhir.
– Curah hujan di Palu menunjukkan ketidakpastian dan pola musim yang berubah dengan tren peningkatan intensitas hujan lebat, dan hari-hari kering yang lebih panjang.
– Suhu bulanan terpanas biasanya terjadi antara Agustus sampai Oktober dengan suhu puncak mencapai 31-33°C, sedangkan suhu terendah bulanan rata-rata berkisar antara 21-24°C.
– Tingkat kelembaban relatif di Palu berada pada kisaran 64,7% hingga 78,8%, yang turut memengaruhi persepsi panas di wilayah ini.
Data ini menggambarkan adanya tren kenaikan suhu dan perubahan pola cuaca di Palu yang mendukung fakta pemanasan global di wilayah tersebut dan dampaknya terhadap kehidupan serta sektor ekonomi lokal.
Lalu apa saja yang terdampak akibat pemanasan global ini:
– Kenaikan suhu rata-rata di Palu sekitar 1,1°C selama dekade terakhir menyebabkan perubahan pola cuaca yang signifikan, termasuk musim kemarau yang lebih panjang dan curah hujan yang tidak menentu.
– Perubahan iklim mempercepat proses kekeringan sehingga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, serta menurunkan kualitas air di sungai dan waduk.
– Peningkatan suhu berdampak pada degradasi ekosistem pesisir, termasuk perusakan terumbu karang dan mangrove yang vital bagi perlindungan pantai dan keanekaragaman hayati.
– Peningkatan permukaan laut mengakibatkan erosi pantai dan banjir rob yang mengancam permukiman dan infrastruktur pesisir Palu.
Jika dilihat dampak sosial ekonomi, maka kenaikan suhu di Palu menyentuh berbagai lini seperti:
– Pertanian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat Palu mengalami gangguan karena perubahan musim dan cuaca yang ekstrem, menurunkan produktivitas dan pendapatan petani.
– Ketidakpastian pasokan air bersih selama musim kemarau panjang menimbulkan kesulitan bagi masyarakat dan industri.
– Dampak sosial lain adalah meningkatnya risiko kesehatan terkait suhu panas seperti heatstroke, dehidrasi, dan penyakit kulit.
– Infrastruktur, terutama yang berada di zona rawan bencana seperti pesisir dan daerah dataran rendah, rentan terhadap kerusakan akibat banjir dan erosi.
DLHPalu.id sebagai lembaga pemerintah memberikan perhatian pada fenomena tersebut. Termasuk upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan di masa depan seperti:
– Keterbatasan kapasitas adaptasi masyarakat dan infrastruktur yang belum memadai untuk menghadapi perubahan iklim yang cepat dan tidak terduga.
– Kurangnya koordinasi antara berbagai sektor dan pemangku kepentingan dalam penanganan dampak perubahan iklim.
– Keterbatasan data dan informasi yang akurat terkait perubahan iklim dan dampaknya di tingkat lokal.
Maka, hal-hal inilah yang dapat dilakukan oleh masyarakat Palu untuk mengurangi dampak dari kenaikan suhu dan pemanasan global:
– Pengembangan sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan bencana untuk mengurangi risiko kerugian manusia dan material.
– Promosi teknik pertanian adaptif yang tahan iklim dan penggunaan teknologi hemat air.
– Pelestarian dan rehabilitasi ekosistem pesisir seperti mangrove dan terumbu karang untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
– Peningkatan kesadaran dan edukasi masyarakat mengenai pemanasan global dan cara adaptasinya.
– Penguatan kebijakan dan regulasi terkait perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.
Pemanasan global membawa dampak kompleks dan multidimensional di wilayah Palu yang mengancam lingkungan, kehidupan sosial, dan aktivitas ekonomi. Pendekatan adaptasi dan mitigasi yang menyeluruh serta kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk memastikan ketahanan dan kelestarian wilayah Palu di masa depan.